Cita-citaku | Part 1
Halo!
Bagi yang belum tau, nama gue Yoga. Jenis kelamin gue ... Sepertinya laki -
laki. Hobi gue baca buku sambil handstand. Cita - cita gue ... Entahlah.
Dari
kecil gue udah mulai merajut cita - cita. Dulu, gue bercita - cita ingin jadi seorang pembalap. Sebelum
jadi pembalap, maka gue coba untuk mengenal dunia permobilan terlebih dahulu.
Tamiya. Yap, waktu SD gue main tamiya untuk mengenal dunia permobilan. Gue
bener - bener mendalami dunia pertamiyaan. Saking dalamnya, gue gak tau gimana
cara nyalain tamiya.
Setelah
kurang lebih 6 bulan tamiya gue ngebangke, akhirnya gue tahu kalau ternyata
tombol on offnya ada di bawah mobil. Gue coba nyalain dan ... Yuuuhhuuu!!!
Tamiya gue maju men!
Gue
jadi demen banget ama tamiya. Sampai akhirnya gue berniat ngaduin tamiya gue
sama tamiya temen sebangku gue.
Gue
: " Eh, kita adu tamiya yu! "
Temen
gue : " Ayo! Tapi ... Aku gak punya tracknya. "
Gue
: " Ya udahlah biarin. "
Karena
kita gak punya tracknya, akhirnya kita ngadu tamiya di jalan raya beneran.
Gue
: " Tamiya siapa yang duluan sampe di seberang jalan, itu yang menang ...
OK!? "
Temen
gue : " OK ... Satu ... Dua ... Tiga!!!
"
Ngeengg
... Tamiya kita pun melesat dengan cepat menyebrang jalan raya ...
Lalu
kelindes truk.
Gue
dan temen gue langsung nangis ditempat.
Gue
: " Gara - gara kamu sih "
Temen
gue : " Bukan, gara - gara kamu.. Kan kamu yang ngajak.."
Gue
: " Kamu dong.. "
Temen
gue : " Kamu! "
Gue
: " Kamu! "
Lalu
akhirnya kita berdua pulang ke rumah masing - masing dengan saling menyimpan
dendam. Setelah insiden itu gue mengurungkan niat gue menjadi seorang pembalap.
Setelah
itu gue mulai meniti karir sebagai seorang pesulap. Gue beli buku - buku sulap
di toko buku. Lalu gue pelajari. Setelah menguasai, gue mulai menunjukkan
kemampuan gue main sulap.
Panggung
pertama, di rumah gue sendiri. Penontonnya banyak banget, sekitar 2 orang lah.
Waktu itu gue mau atraksi sulap kartu remi. Jadi intinya penonton bakal ngambil
satu kartu acak waktu mata gue lagi ditutup. Terus gue bakal nebak kartu apa
yang mereka ambil itu.
Gue
: " Coba kocok dulu tumpukan kartunya, terus ambil satu kartu bebas yang
mana aja. Udah? "
Adek
Gue : " Udah. "
Gue
: " Hmmm ... Itu pasti As keriting. "
Adek
gue : " Bukan, ini 5 diamon. "
Sialan.
Gue
: " Ya udah, ulang lagi. Kocok lagi tumpukan kartunya, terus ambil satu
kartu yang mana aja. Udah? "
Adek
Gue : " Udah "
Gue
: " Hmmm ... Itu pasti 5 diamon. "
Adek
gue : " Bukan, ini As keriting. "
-_-"
Adek
gue : " Mau diulang lagi gak Mas? "
Gue
: " Aduh, mas mendadak laper nih, pengen tidur. Udahan aja ya. "
Panggung
kedua, di sekolah. Kebeneran gue lagi pengen nyari perhatian ke cewek - cewek
di SD gue. Untuk kali ini gue menghindari sulap kartu remi biar gak gagal lagi.
Gue malah mencoba sulap menerbangkan benda, waktu itu gue menerbangkan korek
api.
Gue
: " Ini korek api biasa kan? " *sambil nunjukin ke temen - temen*
Temen
- temen gue : " Iya ... "
Gue
: " Nah, dengan konsentrasi, aku bisa nerbangin korek ini. "
Terus
gue pura - pura ngumpulin energi dan konsentrasi. Terus gue terbangin korek api
itu dengan trik yang ada di buku sulap. Temen - temen gue pada tepuk tangan,
gue bahagia. Tiba - tiba salah satu temen gue nyeletuk,
"
Kok itu ada benangnya sih? "
Kampret.
Dari
situ gue kapok jadi pesulap. Gue mulai melirik karir lain, jadi penulis. Gue
menulis sebuah buku bergenre horor. Buku itu ceritanya bagus. Saking bagusnya,
gak ada orang yang mau baca. Akhirnya gue bakar buku itu bersamaan dengan foto
- foto mantannya emak gue.
Terus
gue mulai melirik karir menjadi seorang pemain bola. Gue begitu ambisius bisa
masuk timnas Indonesia dan berhasil mengalahkan MU atau Arsenal. Gue belajar
main bola dengan sangat keras. Untuk menjadi seorang pemain bola profesional,
maka gue harus banyak berlatih di medan - medan yang nggak biasa. Cukup banyak
medan ekstrem yang gue jadiin tempat latihan sepak bola :
- Lapangan yang rumputnya tinggi - tinggi
- Lapangan berlumpur
- Lapangan berpasir
- Lapangan tembak
Hingga
pada suatu hari orangtua gue marah - marah,
Emak
Gue : " Kalo kamu jadi pemain bola, nanti kamu mau makan apa? "
Gue
: " Ya makan nasi lah, masa makan kartu ATM "
Emak
Gue : " Ya tapi kan jadi pemain bola itu gajinya gak tentu. "
Gue
: " Kata siapa? Itu kan banyak orang yang terkenal gara - gara jago main
bola ... "
Emak
Gue : " Siapa? "
Gue
: " Adie M.S "
Karena
kedua orangtua gue gak setuju, akhirnya gue berenti bercita-cita jadi pemain
bola.
0 komentar :
Posting Komentar